Setelah gempa besar pada 2008 yang membuat klub ini jatuh ke liga amatir, kini L’Aquila 1927 menjadi subjek berita di Tuttosport, media olahraga Turin yang dipimpin oleh Xavier Iacobelli, dengan oplah terbesar di Italia, nama mereka menggema di kios-kios berita hari ini. Artikel tersebut menampilkan komentar direktur L’Aquilla Il Capoluogo Roberta Galeotti. Isinya adalah pembubaran klub, untuk kemudian di rubah dalam konsorsium baru. Kembali lagi ke nol. Seluruh halaman dari halaman 39 Tuttosport, didedikasikan untuk mencari tahu kisah suka duka pasukan Red Blue Eagles: di mana Roberta Galeotti mendesak para fans, agar membantu klub dengan cara sumbangan “sekarang kami membutuhkan 50 ribu euro “. ujarnya. Uang itu akan digunakan kembali untuk membangun L’Aquilla.
Seratus orang di antara ultras dan penggemar dengan gambar L’Aquila, atau dengan tato di tangan mereka yang mencirikan klub asal Abruzzo itu terlihat dalam foto bertemu dengan pewakilan manajemen. Seratus ultras itu menjamin keberadaan klub dengan uang sumbangan mereka, artinya mereka akan menjadi pemilik klub sepakbola itu, walau mereka belum pasti akan mengelola L’Aquila Calcio 1927 langsung, karena mereka hanyalah fans yang saling menyumbang.
Tim kota ini dalam sejarahnya hancur dua kali. Pertama oleh gempa bumi pada malam 6 April 2009, Kini terjadi lagi saat promosi ke Serie B untuk musim 2019-2020. Perusahaan inti yang memiliki saham di L’Aquila dinyatakan bangkrut pada Juli 2018, mereka meninggalkan ratusan ribu utang, termasuk gaji yang belum dibayarkan kepada para pemain, dan lebih dari satu setengah juta pajak yang belum dibayar ke pemerintah. Untuk membebaskan hutang mereka harus dipailitkan, serta para pengurus harus dipecat dan masuk daftar hitam di dunia sepak bola.
Pertandingan serie C 1, musim 2017 sendiri Dibanjiri dengan kisah skandal dan tudingan bahwa pertandingan L’Aquila Calcio telah dijual, ke bandar judi. Rumor merebak tapi klub menyangkal. Sayangnya, buruknya manajemen keuangan, membuat klub ini tersungkur dan harus mencoba memulai lagi dari dari awal. Jadi, dengan pengorbanan yang besar dan dedikasi yang luar biasa, para fans lalu mengambil alih manajemenn baru dengan cara ramai-ramai menyumbang, termasuk berupaya menutupi hutang 55 ribu euro, dan menyatukan klub kota ini di belakang panji baru dari Associazione Sportiva Dilettantistica Città di L’Aquila, menjadi L’Aquila Calcio.
Para fans ini berlangganan tiket gterusan, kini mereka juga berkorban untuk ‘mengembalikan L’AQUILA untuk terbang kembali, dalam hal ini dijelang kisah yang memilukan fans yang tidak ingin klub kesayangannya bubar untuk selamanya. Pemain L’Aquila, pun selama bertahun-tahun telah belajar untuk membayar dan mencintai pengorbanan para fans, walau terkadang ada keterbatasan dari sisi bakat, mereka mencoba melaluinya dengan semangat.
Para fans yang menyumbang dari berbagai profesi, dari pengrajin, akademisi, pedagang, dan pengusaha mereka bergabung dengan para fans lain mereka mencoba membawa likuiditas kembali ke klub yang disayangi. Orang-orang ini pun tampa pamrih, mereka tidak ingin diberitakan berlebihan, mereka bahkan kembali mengumpulkan 250 ribu euro, serta mengusahakan masuknya kontrak sponsor di , di mana mereka juga bersedia membeli tiket terusan menonton tim sepak bolanya.
IlCapoluogo.it, situs online asal L’Aquila, mendukung tim ini, mereka mencoba terus mengabarkan bahwa klub ini tidak dimiliki pebisnis tapi para fans. Klub boleh dirusak, tetapi klub bukan manajemen, klub ada bendera.